Sensor Buku
dipublish pada 26 Mei 2023
Layanan Sensor Buku
Perpustakaan seyogianya dapat menyediakan sumber-sumber belajar yang berkualitas, karena perpustakaan bukan hanya sebagai salah satu sarana saja, namun juga merupakan bagian dari sebuah pembelajaran. Artinya, perpustakaan sekolah harus sejalan dengan visi misi sekolah dengan menyediakan bahan koleksi yang sesuai dengan kurikulum yang digunakan pada sekolah tersebut.
Seiring berjalannya waktu banyak karya-karya cetak maupun non cetak yang mengandung unsur-unsur negatif dan dianggap mengancam psikologis seseorang. oleh karena itu, seorang pustakawan harus menjadi orang terdepan yang akan melakukan pengamanan terhadap karya tersebut agar tidak diakses oleh pembaca melalui layanan sensor buku.
Pustaka Smana menganggap perlu melakukan kegiatan sensor buku sebagai usaha untuk menolak terhadap akses ke materi yang dianggap berbahaya dengan memotong halaman dari buku tersebut. kegiatan ini kerap dilakukan ketika materi dianggap harus dibatasi untuk khalayak tertentu, berdasarkan umur maupun karakteristik lainnya (American Librari Association).
sensor buku dilakukan agar penyebaran informasi yang dianggap akan mengakibatkan hal buruk dapat di berhentikan dan tidak menyebar. Buku-buku yang tidak lulus sensor akan ditempatkan di rak khusus oleh pustakawan agar tidak sembarang orang dapat mengaksesnya. namun demikian buku yang dianggap bergambar fullgar namun memiliki konteks yang mendukung ilmu pengetahuan akan tetap dapat di display pada rak koleksi baca, dengan bimbingan guru maupun pustakawan yang bertugas.
Share:
Discussion
There are no comments yet.